Selasa, 05 Maret 2013

HARI-HARI KUTU LONCAT
BEREBUT CARI “COKLAT”

        MESTINYA partai hidup karena anggotanya. Tapi di negeri ini justru terbalik, politisi cari kehidupan lewat partai. Maka di musim rekrutmen caleg dewasa ini, banyak politisi jadi kutu loncat karena mencari “coklat”. Dari mereka yang berkwalitas sampai yang sekedar politisi abal-abal, berloncatan lahan baru yang diprediksi lebih menjanjikan. Bila kalkulasinya tepat, beruntunglah mereka; bisa duduk manis di Senayan apa DPRD.
            Tanggal 9 April 2013 tinggal sebulan lagi, itulah deadline penyerahan Daftar Calon Sementara (DCS) anggota DPR maupun DPRD. Baik partai peserta Pemilu maupun politisi dan calon politisi sama-sama sibuk. Partai menjaring dan mencari caleg untuk DPR dan DPRD, sedangkan politisi mencari partai yang menjanjikan, yang diprediksi bisa membawa perubahan ekonomi dirinya di masa mendatang. Maka partai Gerindra yang hanya syaratkan bayar Rp 50.000,- di DPD Jatim, sekali gebuk sudah terima 300 caleg, meski yang dibutuhkan hanya 100 sesuai jumlah kursi di DPRD Jatim.
            Hasil survei SMRC (Saiful Mudjani Research & Consulting) memang berhasil mengubah perpolitikan nasional. Selain merontokkan Anas Urbaningrum dari kursi Ketum PD, banyak pula politisi yang berloncatan keluar karena diprediksi partainya tak lagi menjanjikan. Hanura misalnya, politisi sekaliber Akbar Faisal loncat ke NasDem, begitu pula Enggartiasto dan Jefri Goevani dari Golkar juga berlabuh ke NasDem. Tapi Golkar sendiri terima kutu loncat baru Misbakhun mantan napi asal PKS. Lily Wahid yang merasa PKB sudah tidak menjanjikan lagi, juga ikutan hip.....loncat ke Golkar.
            Partai Demokrat yang sedang bingung mencari ketua umum, nampaknya tak diminati para kutu loncat. Bahkan, gencarnya pasang iklan mencari 560 caleg, menandakan partai itu kekurangan kader untuk mengisi kursi Senayan. Yang menarik, meski cari caleg terkesan “diobral”, DPD Partai Demokrat Jatim mewajibkan Caleg tunjukkan bukti bahwa punya rekening minimal Rp 250 juta. Alasannya, Demokrat tak mau kadernya mencari hidup dalam partai. Artinya, orang siap menjadi politisi ketika urusan dapurnya sudah selesai. – gunarso ts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar