Kamis, 28 Februari 2013
Selasa, 26 Februari 2013
Bingung memilih kado atau kenang-kenangan untuk atasan, teman ataupun kekasih anda. Mungkin pilihan yang tepat adalah memberinya hadiah karikatur, disamping unik, lucu, karikatur juga merupakan
salah satu media untuk mengekplorasi ekspresi tanpa pembatasan. Cocok sebagai pajangan di acara pernikahan dan bisa dicetak / diperbanyak dalam bentuk postcard sebagai kartu ucapan
Idul Fitri, Natal ,
Tahun Baru, Pembutan karikatur ini memakai tehnik hand drawing dengan plus digital. Anda bisa menentukan temanya sendiri
“BAND” DEMOKRAT SIBUK
PERBAIKI
SOUND SYSTEM
KATA mantan Wapres Jusuf Kalla, panggung pilpres itu tak
ubahnya pentas musik. Partai itu ibaratnya band, sedangkan capres adalah
penyanyi. Maka yang terjadi kemudian, ada penyanyi tak punya band, ada pula band
tak punya penyanyi. Yang parah, ada band bagus tapi penyanyinya bersuara
sumbang. Tapi paling mengharukan, ada band yang boro-boro mikir penyanyi,
karena dia masih sibuk perbaiki sound system dan instrumen musiknya.
Sesuai UU
Pilpres No. 42 tahun 2008, calon independen dalam Pilpres memang tidak
dimungkinkan. Maka bertolak dari pendapat JK, capres tanpa dukungan parpol sama
saja dengan pengamen biskota yang hanya bermodal mulut dan tepukan tangan.
Fajrul Rachman pernah mengkritisi hal ini, tapi uji materinya UU Pilpres
tersebut dimentahkan di Mahkamah Konstitusi. Karena itulah posisi tawar parpol
menjadi semakin tinggi. Minta dukungan nyapres, siap-siap jawab pertanyaan:
“Wani pira?”
Dewasa ini
“pengamen” muda itu adalah Farhat Abas, karena belum satupun band yang tertarik
mengiringinya, meski punya program unggulan “sumpah pocong” untuk penegakan
hukum. Rhoma Irama meski dilirik oleh
band PKB, sepertinya hanya dijadikan penyanyi cadangan, karena faktanya PKB
masih melirik penyanyi lain. Begitu pula Golkar, meski Bung Ical selaku
pemimpin band itu ikutan jadi penyanyi, tapi suaranya masih sumbang, meski dia
sudah menguasai teori musik dan not
balok.
Paling
mengharukan adalah band Demokrat. Di kala band-band lain siap-siap ikut lomba
di tahun 2014, Anas Urbaningrum malah menyatakan berhenti sebagai pemimpin
band. Maka di kala lomba itu tinggal 1,5 tahun lagi, mereka masih sibuk
memperbaiki instrumen musik dan sound systemnya.
Jadi boro-boro mikir penyanyinya, wong cari pemimpin band yang baru saja belum ketemu.
Kini mereka masih sibuk menyetem gitar elektriknya, teng teng ting teng…… - gunarso ts
Senin, 25 Februari 2013
BENARKAH JOKOWI MENJADI
IKONNYA PARTAI MEGAWATI?
JOKOWI memang sukses memimpin Surakarta, dan DKI
Jakarta yang kini di tangan Jokowi – Ahok juga mulai menuju arah perbaikan.
Tapi jika Wong Solo ini kemudian dianggap sebagai ikonnya PDIP, benarkah?
Kasihan itu barang, mana kala ada pilgub “ditenteng-tenteng” Megawati untuk
mengerek suara calon PDIP. Buktinya di Jawa Barat, pasangan Rieke – Teten
Masduki hanya menjadi runer up.
Pilkada Jawa Barat telah usai. Meski
baru perhitungan sementara, 9 lembaga quick count menempatkan pasangan Ahmad
Heryawan – Dedy Miswar sebagai pemenang (32 %), sementara Rieke – Teten Masduki
di posisi kedua (27 %). Walhasil, bayangan indah Megawati bahwa PDIP akan
menuai sukses sebagaimana pilgub di DKI Jakarta, terhenti pada fatamorgana.
Justru calon PKS yang diprediksi banyak kalangan bakal mlenyek (hancur) gara-gara presiden partainya kena kasus korupsi,
malah berkibar. Pantas saja presiden PKS yang baru Anis Matta, matanya menjadi
berbinar-binar.
Bahwa tokoh beken bisa mendulang
suara, memang tak bisa dibantah. Tapi bila kemudian sosok beken Jokowi dianggap
sebagai ikonnya PDIP, masih bisa diperdebatkan. Tapi sepertinya Megawati sebagai
Ketum PDIP sangat meyakini, sehingga manakala ada pilgub dia menenteng-nenteng
Jokowi untuk mengerek suara calon PDIP. Saat di Jabar, Jokowi diajak ke
Bandung. Kemudian menjelang pilgub Sumatera Utara, Jokowi kembali dibawa-bawa.
Sayangnya, belum juga berangkat ke Medan, terlanjur sakit itu barang!
Benarkah Jokowi kader PDIP?
Sejatinya dia non partisan. Dia masuk PDIP hanya karena dalam pilkada calon
harus punya kendaraan politik. Tapi setelah jadi Walikota Solo dan juga
Gubernur DKI Jakarta kini, pernahkah dia ngomong politik? Dalam acara-acara
penting PDIP memang sering hadir dan berjaket merah pula, tapi itu hanya
sekedar oman-amin saja ibaratnya
orang kenduri. Juga dalam pilgub DKI Jakarta, awalnya Taufik Kiemas kan tidak
setuju Jokowi maju. Tapi setelah diyakinkan oleh Prabowo dan Gerindranya, barulah
dia melenggang! – gunarso ts.
Senin, 18 Februari 2013
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Suswono memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (18/2/2013) siang.
Mengenakan kemeja batik emas, orang nomor satu di Kementan hadir untuk dimintai keterangan sebagai saksi, terkait penyidikan dugaan korupsi pengurusan impor daging sapi di kementeriannya.
"Saya siap menyampaikan ke KPK, dan hari ini saya dimintai keterangan. Saksi kalau tidak salah ada empat orang," kata politisi PKS sebelum diperiksa KPK.
Saat ditanya lebih jauh mengenai kasus tersebut, Suswono memilih segera masuk ke Kantor Abraham Samad Cs.
Juru Bicara KPK Johan Budi, membenarkan bahwa Suswono dimintai keterangan sebagai saksi, untuk para tersangka kasus dugaan korupsi impor daging sapi.
"Sebagai saksi terkait kasus impor sapi," ujar Johan.
Selain memeriksa Suswono, lembaga superbodi juga memanggil saksi-saksi mahkota kasus ini. Mereka adalah Maria Elizabeth Riman, Direktur Utama PT Indoguna Utama; Elda Devianne Adiningrat, Direktur PT Radina Niaga Mulia sekaligus Ketua Umum Asosiasi Perbenihan Indonesia; serta dua orang pihak swasta, Jerry Roger dan Soewarso Martomihardjo.
Mengenakan kemeja batik emas, orang nomor satu di Kementan hadir untuk dimintai keterangan sebagai saksi, terkait penyidikan dugaan korupsi pengurusan impor daging sapi di kementeriannya.
"Saya siap menyampaikan ke KPK, dan hari ini saya dimintai keterangan. Saksi kalau tidak salah ada empat orang," kata politisi PKS sebelum diperiksa KPK.
Saat ditanya lebih jauh mengenai kasus tersebut, Suswono memilih segera masuk ke Kantor Abraham Samad Cs.
Juru Bicara KPK Johan Budi, membenarkan bahwa Suswono dimintai keterangan sebagai saksi, untuk para tersangka kasus dugaan korupsi impor daging sapi.
"Sebagai saksi terkait kasus impor sapi," ujar Johan.
Selain memeriksa Suswono, lembaga superbodi juga memanggil saksi-saksi mahkota kasus ini. Mereka adalah Maria Elizabeth Riman, Direktur Utama PT Indoguna Utama; Elda Devianne Adiningrat, Direktur PT Radina Niaga Mulia sekaligus Ketua Umum Asosiasi Perbenihan Indonesia; serta dua orang pihak swasta, Jerry Roger dan Soewarso Martomihardjo.
Tiga dari empat saksi, sudah dicegah bepergian ke luar negeri, yakni Maria, Elda, dan Jerry. Sementara, Maria Elizabeth dan Elda Devianne kerap disebut memiliki peran penting dalam kasus ini.
Keduanya dikabarkan pernah bertemu tersangka Luthfi Hasan Ishaq dan Mentan Suswono di Medan, sebelum operasi tangkap tangan KPK. Dari informasi yang dihimpun, pertemuan mereka untuk membahas kuota impor daging sapi.
Tiga dari empat oknum, mengakui pertemuan itu. Namun, mereka membantah pertemuan dilakukan untuk memuluskan PT Indoguna mendapatkan jatah impor daging sesuai pesanan.
KPK telah menetapkan mantan Presiden PKS sekaligus anggota DPR Lutfhi Hasan Ishaaq dan orang dekatnya, Ahmad Fathanah, serta dua Direktur PT Indoguna, yakni Arya Abdi Effendi dan Juard Effendi, sebagai tersangka.
Luthfi dan Ahmad diduga sebagai penerima suap. Sementara Arya Abdi Effendi dan Juard Effendi diduga berperan sebagai pemberi suap.
KPK juga menyita barang bukti yang diduga uang suap, sebesar Rp 1 milliar. Uang Rp 1 miliar diduga sebagai uang muka, dari total Rp 40 milliar yang akan diberikan PT Indoguna. (*)
Keduanya dikabarkan pernah bertemu tersangka Luthfi Hasan Ishaq dan Mentan Suswono di Medan, sebelum operasi tangkap tangan KPK. Dari informasi yang dihimpun, pertemuan mereka untuk membahas kuota impor daging sapi.
Tiga dari empat oknum, mengakui pertemuan itu. Namun, mereka membantah pertemuan dilakukan untuk memuluskan PT Indoguna mendapatkan jatah impor daging sesuai pesanan.
KPK telah menetapkan mantan Presiden PKS sekaligus anggota DPR Lutfhi Hasan Ishaaq dan orang dekatnya, Ahmad Fathanah, serta dua Direktur PT Indoguna, yakni Arya Abdi Effendi dan Juard Effendi, sebagai tersangka.
Luthfi dan Ahmad diduga sebagai penerima suap. Sementara Arya Abdi Effendi dan Juard Effendi diduga berperan sebagai pemberi suap.
KPK juga menyita barang bukti yang diduga uang suap, sebesar Rp 1 milliar. Uang Rp 1 miliar diduga sebagai uang muka, dari total Rp 40 milliar yang akan diberikan PT Indoguna. (*)
Sabtu, 16 Februari 2013
Aku adalah Aku...
Aku bukanlah apa-apa....Begitu banyak pengalaman hidup yang aku jalani. kadang aku pun tak mengerti hidup ini akan mengarah ke mana....Setiap jengkal tanah yang kupijak memberiku pelajaran, Bahwa Hidup ini Tak Mudah.
Dalam hidup tak perlu menjadi pintar karena sudah terlalu banyak orang yang pintar. Aku hanya ingin menjadi orang baik, buat keluargaku ataupun orang lain.....Keluarga adalah segalanya begitupun dengan teman, tanpa mereka Aku bagai berjalan dalam gelap tanpa pelita tanpa arah yang pasti.
Aku bersyukur kepada Allah, dalam perjalanan hidupku aku diberi banyak peristiwa, susah, sedih, senang lalu lalang dalam hidupku. Membuatku mengerti bahwa menjalani hidup ini perlu perjuangan dan kesabaran juga kejujuran untuk mendapatkan hal yang terbaik. Semoga aku sanggup untuk terus berjuang...
Ya Allah inilah Aku. Semoga Aku tak pernah lupa Bersyukur padamu............
Jumat, 08 Februari 2013
Rabu, 06 Februari 2013
Langganan:
Postingan (Atom)